Dari Lover Coverto, “ Aku sedang jatuh cinta. Rasanya sakit sekali. Tapi aku ingin merasakan sakit selamanya.”
Berapa rasa cinta yang pernah singgah dihatimu? Tak terhitung. Sungguh. Manusiawi. Rasa cinta yang hanya menjadi rahasia
hati, tak terungkap, luntur pelan-pelan seperti debu-debu di dedauan
terguyur air hujan. Rasa cinta yang bukan untuk dicicipi, tapi cukup
dirasakan dibawa pergi menjauh. Rasa cinta yang malah melukai sumber
cinta dan diri sendiri.
Makanya cinta harus memiliki, sebuah prinsip tak bisa ditawar.
Apalah artinya pengorbanan habis-habisan bagi sesuatu yang tak dimiliki.
Itu
bukan cinta sejati. Itu menyakiti diri, konyol. Apa yang didapatkan?
Sudah wajar rasa cinta harus berbalas bukan? Atau setidaknya ada
penghargaan tertinggi dari semua pengorbanan yang berikan.
Ketika
rasa cinta ini tergumpal didada dihaturkan lewat tiupan angin,
tangkupan doa, terjangan asa, tandanan hadiah , tetap akan ada
luka...kau perlu menimbangnya
Membiarkan dalam kesepian, kesenyapan, kegelapan, kesendirian. Itu ciri cinta palsu...
Risalah cinta sejati adalah cinta pada para pecinta kebenaran atau kebenaran itu sendiri. Memandangnya
dengan binaran mata, berharap semoga bisa sepertinya. Andai Yang Kuasa
tiada mengizinkan.. biarkanlah kita bisa menikmati kisah-kisah
romantisnya.
Dikutipkan
dari sebuah buku Romantisnya para Pejuang Kebenaran. Percayakah dikau,
pecinta kebenaran adalah orang yang paling romantis sedunia........
“Mereka,
para pejuang kebenaran adalah orang-orang paling romantis. Betapa
tidak!? Hidupnya dikelambui cinta, cinta akan kebenaran. Tidak ada yang
sanggup menandingi kesediaan mereka dalam berkorban demi
cintanya akan kebenaran. Mereka sanggup menahan perih dalam mencinta.
Dari telapak tangan mereka mengepul asap dan tercium bau hangus daging
terbakar karena genggaman bara kebenaran. Di dada mereka, mendidih magma
cinta yang mengguncangkan sekelilingnya. Hatinya dibakar api rindu,
rindu akan berkibarnya kebenaran bagi semesta alam. Dirasuki cinta akan kebenaran. Sakit. Tapi ingin merasakan sakit selamanya.”
Umar bin Khaththab, sosok pecinta kebenaran sejati. Beliau
gaungkan sebuah tetera kata “ Jika ada 1000 orang yang membela
kebenaran, aku salah seorang diantaranya. Jika ada 100 orang yang
membela kebenaran, aku tetap diantaranya. Jika ada 10 orang pembela
kebenaran, aku tetap ada di barisan kebenaran itu. Dan jika ada 1 orang
yang tetap membela kebenaran, akulah orangnya.” Subhanallah.. romantis
sekali bukan..
Bilal,
Sumayyah, Amar bin Yasir, Zaid, Abu Bakar, Ali, sederetan
sahabat-sahabat adalah pecinta kebenaran. Wahai… Khalid Walid yang sedu
sedan meratapi diri atas
ketiadamampuannya untuk bisa bersimbah darah sebagai syuhada, Engkau
tetap saja romantis menjawab tantangan panglima Romawi. ‘Aku akan kirimkan pasukan mencintai kematian sebagaimana pasukan kalian mencintai hidup.”
Inilah risalah cinta sejati… dan aku juga ingin merasakan keberanian sakit selamanya. Rasa
cinta yang pasti kan terbalas… tak bertepuk sebelah tangan. Rasa cinta
yang kuidamkan dan sedang kupupuk, kubina, setahap demi setahap, pelan
namun pasti dan niscaya…cinta kebenaran...Semoga Allah
menginzinkannya....
Aku tidak ingin jadi orang biasa... aku memilih dewasa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar